URGENSI PENDIDIKAN KEBUDAYAAN GENERASI MUDA DEMI MENJAGA KEARIFAN LOKAL ACEH

Oleh : Rubaini Lisma (Mahasiswi Ilkom Unimal)

‘’Adat bak po teumerehom

Hukom bak syiah kuala

Qanun bak putroe phang

Resan bak laksamana’’.

Ungkapan hadih maja tersebut menggambarkan bahwa adat bagi masyarakat Aceh adalah sebuah norma yang sakral dan perlu dijaga kelestariannya. Namun apa yang akan tejadi jika generasi muda mulai lupa atau sengaja melupakan budaya lokal hanya semata-mata untuk bisa terlihat lebih moderen dengan mengikuti budaya Asing yang hingga kini mulai mengikis nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Aceh?

Secara umum budaya bisa diartikan sebagai tata cara hidup yang dilakukan secara bersama dalam suatu daerah, berkembang dan dimiliki secara bersama pula kemudian diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya. Budaya terdiri dari beberapa unsur, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat,bahasa, pekakas, pakaian, bangunan, serta karya seni.

Kearifan lokal merupakan gagasan, nilai atau pandangan yang terdapat di suatu daerah yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakat yang mendiami daerah tersebut. Melestarikan budaya lokal sangatlah penting mengingat perubahan gaya hidup masyarakat Aceh mulai menunjukkan ke arah ke barat-baratan karena pengaruh westernisasi yang datang dan menerjang sendi-sendi budaya ketimuran yang selama ini melekat didalam diri masyarakat Aceh.

Perlu dilakukan upaya-upaya penyelamatan kearifan lokal mulai sejak sekarang. Dan hal ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah semata. Akan tetapi beban ini juga harus di tanggung secara bersama oleh masyarakat Aceh, terutama peran generasi muda sangat menentukan apakah kearifan lokal akan terus memudar atau akan berkembang.

Salah satu upaya penyelamatan kearifan lokal yang bisa dilakukan adalah dengan cara memberikan pendidikan kebudayaan lokal sedini mungkin pada generasi muda, dan nantinya generasi muda diharapkan akan  lebih mencintai budaya lokal dan mereka juga akan terus melestarikannya.

Walaupun westernisasi semakin menggerus nilai-nilai kearifan lokal, namun pendidikan kebudayaan akan menjadi filter terhadap budaya asing tersebut. Memberikan pendidikan kebudayaan bagi generasi muda tidak mesti dilakukan dengan cara-cara “nyentrik” misalnya dengan mewajibkan semua masyarakat Aceh harus bisa membaca atau menulis menggunakan bahasa Aceh. Namun masih banyak cara yang dapat kita lakukan untuk bisa memberikan pemahaman tentang kearifan lokal kepada generasi muda salah satunya melalui pendidikan sekolah.

* Perlunya Pendidikan Kebudayaan Bagi Generasi Muda

Jika kita melihat pada perkembangan kurikulum pendidikan di Aceh, hampir tidak ada mata pelajaran yang memperkenalkan atau menjelaskan secara khusus tentang kearifan lokal. Atau masih ingatkan kita akan pelajaran muatan lokal yang kita pelajari di bangku Sekolah Dasar. Disana kita hanya belajar sedikit tentang budaya daerah yang kita miliki. Namun seiring perubahan zaman, kita seakan lupa pada jati diri kita sebagai masyarakat  Aceh.

Nah, seharusnya pelajaran muatan lokal tidak boleh dianggap enteng karena sejatinya disanalah akan dibangun pemahaman agar generasi muda  tidak akan asing lagi dengan hal-hal yang berbau Aceh misalnya masakan tradisional Aceh seperti kuah pliek, asam keueung, cendoi Aceh, timphan atau pisang salee.

Dalam konteks pendidikan formal, pendidikan budaya dapat dimasukkan dalam muatan lokal. Seperti, pengenalan bahasa daerah, ungkapan dan sikap hidup masyarakat Aceh. Sebagai bagian dari menjaga budaya dan kearifan lokal di Aceh.Secara langsung pelajaran muatan lokal aan mengajari kita makna dari hadih maja “adat bak phoe teumerehom, hukom bak syiah kuala, qanun bak putroe phang, resam bak laksamana”.  Sehingga generasi muda akan terdidik untuk terus melestarikan kearifan lokal yang notabetenya adalah jati diri kita sendiri.

Dalam konteks pendidikan non formal,kita bisa melihat usaha-usaha yang sudah dilakukan oleh segelintir seniman Aceh misalnya Rafli Kande ,Joel Pasee dan seniman lainnya Upaya pendidikan kebudayaan yang mereka lakukan melalui cara mereka sendiri dimana mereka tidak seperti kebanyakan orang yang layaknya seperti kacang lupa pada kulitnya. Begitu ia sudah berada di atas, maka enggan melihat bahkan melirik ke bawah.

Walaupun mereka telah melanglang buana kesejumlah negara dan belahan nusantara, namun mereka  tetap mengabdikan dirinya untuk Nanggroe Aceh, dengan melatih musik dan tari tradisonal Aceh di daerah-daerah pedalaman Aceh. Hal itu dilakukannya bukanlah untuk mencari keuntungan atau pekerjaan sampingan, melainkan hanya untuk melestarikan seni budaya Aceh yang diambang kepunahan. Para generasi muda sekarang  lebih suka memainkan seni-seni modern. Malah mereka merasa malu memainkan seni budaya Aceh, karena takut dibilang kampungan. Padahan tidak semua yang kampung itu kampungan, dan tidak semua yang murah itu murahan.Guna melestarikan seni budaya Aceh yang diambang kepunahan, mereka menyempatkan diri melatih para generasi muda Aceh untuk dapat mengenal seni budaya Aceh. Selain itu, tujuan pendidikan kebudayaan adalah untuk bisa melahirkan karya-karya seni Aceh  yang lebih berkualitas dan mampu membawa Budaya Aceh ke tingkat Internasional.

Jika pendidikan kebudayaan tidak dilakukan dari sekarang  maka anak cucu Aceh kedepannya tidak akan mengenal lagi betapa besar dan megahnya warisan dari nenek moyang mereka.Bisa jadi kedepannya jika seni budaya Aceh telah terlupakan oleh masyarakat Aceh itu sendiri, maka orang luar yang akan menampilkan kesenian-kesenian Aceh, di daerah kelahiran seni itu sendiri. Jika itu terjadi maka Aceh hanya bisa tercengang dan menyesal. Mandum atra ka leupah, adak teulah hana le guna (semua yang telah terjadi, tiada guna menyesal).
Oleh karena itu pendidikan kebudayaan menjadi hal yang paling mendasar yang perlu kita lakukan agar generasi muda bisa mengenal dan melestarikan kearifan lokal yang hingga kini terus tergerus westernisasi dan asimilasi buyada asing.Tiada yang tidak mungkin jika kita mau bersatu dan saling bahu-membahu dalam melestarikan  budaya daerah Aceh yang kini semakin memprihatinkan kondisinya. [**]

Leave a comment